Posts

Showing posts from 2009

PENGANEKA-RAGAMAN PANGAN : PENGALAMAN 40 TAHUN DAN TANTANGAN KE DEPAN

Bayu Krisnamurthi PENGANEKA-RAGAMAN PANGAN : PENGALAMAN 40 TAHUN DAN TANTANGAN KE DEPAN Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat strategis dan penting. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan manusia, karenanya hak atas pangan menjadi bagian sangat penting dari hak azasi manusia. Disamping itu ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional yang saat ini dinilai paling rapuh. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan yang dirumuskannya sebagai usaha mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rurnah tangga, dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, arnan dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu. Memperhatikan definisi tersebut, saat ini ketahanan pangan belum dicapai pada seluruh rurnah tangga walaupun pada tingkat nasional hasilnya telah lebih baik. Masih banyak rurnah tangga yang belum rnampu mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup, terutama dalam hal mu

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN (KRITIK TERHADAP PARADIGMA AGRIBISNIS)

Mubyarto dan Awan Santosa PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN (KRITIK TERHADAP PARADIGMA AGRIBISNIS) Pendahuluan Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, pertanian/agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu pembahasan mengenai sektor dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai homo economicus, melainkan juga sebagai homo socius dan homo religius. Konsekuensi pandangan ini adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-budaya lokal, yang memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi, dan budaya ke dalam kerangka paradigma pembangunan sistem pertanian. Tulisan ini sekaligus menanggapi tulisan Saudara Pantjar Simatupang (Jakarta Post, April 14 and 15, 2003) tentang Pendekatan Sistem Agribisnis dalam Pembangunan Pertanian, yang juga didasa

BAGAIMANA MEREBUT KEJAYAAN AGRIBISNIS INDONESIA

Di tengah kekhawatiran dunia akan pasok bahan pangan masa depan, Indonesia yang beruntung memiliki kekayaan alam berupa lahan, pantai, dan lautan yang luas belum berhasil membangun basis agrobisnis yang kuat. Apa yang harus dilakukan pemerintah dan kalangan bisnis agar potensi luar biasa ini menjadi daya saing kuat ekonomi? Bagaimana agar peluang besar ini tak diserobot pemain asing yang makin intens mengincarnya? Bisnis komoditas pangan sampai kapan pun tetap menggiurkan, terlebih dalam beberapa tahun terakhir ketika masyarakat dunia mulai terpikat pada bioenergi sebagai alternatif pengganti minyak bumi. Konversi komoditas pangan menjadi bioenergi langsung menaikkan kebutuhan bahan pangan dalam jumlah besar. Peluang ini telah diantisipasi pengusaha agrobisnis dari pelbagai belahan dunia. Mereka berlomba menaikkan produksi baik melalui intensifikasi maupun dengan menambah areal tanam. Fenomena ini juga terlihat di Indonesia. Para konglomerat agrobisnis makin getol membuka lahan-lahan b

MASA DEPAN SAGU UNTUK HIGH FRUCTOSE SYRUP

Sebelum menjabat sebagai Menteri Pertanian, Prof. Bungaran Saragih pernah mengatakan, seandainya areal lahan seluas Jawa Barat ditanami sagu, maka seluruh rakyat Indonesia tidak akan kelaparan dan tidak perlu impor gandum. Luas Jawa Barat sebelum pembentukan provinsi Banten adalah 4.630.000 hektar. Dari luas areal tersebut, tiap tahunnya paling sedikit akan dapat dihasilkan 30.866.666 ton tepung sagu kering. Kebutuhan beras kita tiap tahunnya hanyalah sekitar 50.000.000 ton. Jadi kalau kawasan pasang surut di Sumatera, Kalimantan dan Papua ditanami sagu secara intensif dengan luas setara Jawa Barat sebelum pemisahan Banten, maka penduduk Indonesia jelas tidak akan kelaparan. Tetapi itu semua baru bisa terlaksana setelah jangka waktu 12 tahun. Sebab sampai dengan umur panen, dihitung sejak penanaman pertama, diperlukan waktu sekitar 12 tahun. Populasi tanaman per hektar kurang lebih 200 rumpun. Jumlah anakan dalam satu rumpun antara 3 sampai 4 individu dengan selisih umur 2 sampai 3 ta