Cara Petani Padi Atasi Perubahan Iklim
Cuaca basah yang terjadi tahun ini, menurut Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir bisa dimanfaatkan untuk menggenjot produksi pertanian khususnya beras.
Namun upaya itu lanjutnya harus dibarengi dengan penyediaan infrastruktur seperti embung atau kolam penampungan air. “Dengan cara ini petani akan diuntungkan karena ada stok air dan kita tidak tahu ke depannya apakah musim akan basah atau kering,” ujarnya kepada Sinar Tani.
Di balik itu menurut Winarno Tohir karena perubahan iklim saat ini yang cenderung basah, produksi padi banyak mengalami gangguan, seperti serangan hama penyakit dan banjir. “Hujan yang berkepanjangan memang menguntungkan dari sisi ketersediaan air, tetapi tidak bagus bagi produksi,” ujarnya pada Sinar-Tani.
Musim basah lanjut Winarno menyebabkan tanah menjadi lembab. Kondisi ini makin mempermudah perkembangan hama dan penyakit. Seperti serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tikus dan serangan hama wereng yang menyerang tanaman padi.
Petani di Kampung Pageleran Desa Sukaraja Kecamatan Cigugeh Sumedang mengaku senada dengan Winarno Tohir. Karena iklim yang basah hasil panen padinya menurun hingga kisaran 40-60 persen. “Biasanya dari 150 bata lahan tanah yang saya miliki ini, bisa memperoleh gabah hingga 6 sampai 7 kuintal. Tapi sekarang cuma 2 kuintal saja,” ungkap Jaya (50) petani padi di Sumedang.
Menurut Jaya musim hujan ini membuat petani tidak mempunyai pilihan lain selain menanam padi, mereka masih takut gagal bila menanam palawija. Karena selalu nanam padi, akibatnya rantai hama yang seharusnya bisa diputus semakin menjadi dan tidak terkendali.
Namun bagi Iso Hamdani (44) musim kemarau basah malah menguntungkan. Lahan persawahannya bisa terairi dengan baik. “Biasanya sawah saya kering, kini bisa terairi air,” tambahnya.
SOURCE : http://www.sinartani.com/sorotan/cara-petani-padi-atasi-perubahan-iklim-1286767605.htm
Namun upaya itu lanjutnya harus dibarengi dengan penyediaan infrastruktur seperti embung atau kolam penampungan air. “Dengan cara ini petani akan diuntungkan karena ada stok air dan kita tidak tahu ke depannya apakah musim akan basah atau kering,” ujarnya kepada Sinar Tani.
Di balik itu menurut Winarno Tohir karena perubahan iklim saat ini yang cenderung basah, produksi padi banyak mengalami gangguan, seperti serangan hama penyakit dan banjir. “Hujan yang berkepanjangan memang menguntungkan dari sisi ketersediaan air, tetapi tidak bagus bagi produksi,” ujarnya pada Sinar-Tani.
Musim basah lanjut Winarno menyebabkan tanah menjadi lembab. Kondisi ini makin mempermudah perkembangan hama dan penyakit. Seperti serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tikus dan serangan hama wereng yang menyerang tanaman padi.
Petani di Kampung Pageleran Desa Sukaraja Kecamatan Cigugeh Sumedang mengaku senada dengan Winarno Tohir. Karena iklim yang basah hasil panen padinya menurun hingga kisaran 40-60 persen. “Biasanya dari 150 bata lahan tanah yang saya miliki ini, bisa memperoleh gabah hingga 6 sampai 7 kuintal. Tapi sekarang cuma 2 kuintal saja,” ungkap Jaya (50) petani padi di Sumedang.
Menurut Jaya musim hujan ini membuat petani tidak mempunyai pilihan lain selain menanam padi, mereka masih takut gagal bila menanam palawija. Karena selalu nanam padi, akibatnya rantai hama yang seharusnya bisa diputus semakin menjadi dan tidak terkendali.
Namun bagi Iso Hamdani (44) musim kemarau basah malah menguntungkan. Lahan persawahannya bisa terairi dengan baik. “Biasanya sawah saya kering, kini bisa terairi air,” tambahnya.
SOURCE : http://www.sinartani.com/sorotan/cara-petani-padi-atasi-perubahan-iklim-1286767605.htm
Comments
Post a Comment